Selasa, 22 Februari 2011

Stempel yang hilang

Stempel yang hilang

Seorang gubernur yang korupsi memerintah di sebuah propinsi. Dia sangat cemas ketika mendengar bahwa inspektur negara tersebut akan mengadakan pemeriksaan ke daerahnya.
Tidak jauh dari propinsi tersebut, di sebuah kota, berdiamlah seorang pencuri yang terkenal. Kemahirannya yang termasyur adalah melompati dinding tanpa menimbulkan suara seakan-akan dia sedang berjalan diatas tanah. Dia juga seorang yang pemurah.
Gubernur tersebut berpikir, kenapa tidak meminta bantuan pencuri terkenal itu?
Kemudian gubernur tersebut mengirim sebuah surat serta hadiah yang sangat mahal untuk pencuri itu. Pencuri tersebut merasa terhormat dan segera pergi ke propinsi untuk menemui gubernur.

"Terima kasih atas hadiahnya yang indah, Yang Mulia,"katanya. "Apa yang dapat hamba lakukan untuk Tuan?"
"Aku ingin berbicara secara pribadi denganmu," kata gubernur tersebut setelah membubarkan para ajudannya.
"Inspektur negara akan datang kesini," gubernur itu melanjutkan pembicaraannya. "Saya mempunyai firasat bahwa dia akan menyulitkan saya. Saya ingin anda pergi ke kediamannya dan mengambil stempel resminya untukku. Tanpa stempel itu, dia tidak bisa menyelesaikan tugas-tuganya dan dia akan kehilangan pekerjaannya. Saya akan memberi kamu 100 ons emas untuk hasil kerjamu."

"Tidak masalah, Yang Mulia. Saya akan secepatnya mendapatkan stempel itu untuk anda."
Pada malam itu juga, pencuri itu kembali dengan membawa stempel tersebut dan membuat sang gubernur sangat kegirangan.
"Kamu telah melaksanakan pekerjaan dengan sangat bagus," kata gubernur, memberikan pencuri itu emas yang dijanjikannya. "Sekaranag cepat pergi dari sini !"
"Tuanku, anda sangat baik kepada saya. Saya hanya ingin memberi nasehat kepada anda sebelum saya pergi."
"Apakah itu?" tanya gubernur.
"Ketika saya bersembunyi diatas langit-langit kantornya," lanjut pencuri tersebut," saya memperhatikan cara Yang Terhormat bekerja, beliau memeriksa semua dokumen dengan cepat dan menulis pesan-pesannya dengan sangat cepat dan tanpa berhenti. Kelihatannya anda berhadapan dengan orang yang teramat sangat berbakat dan pandai. Seorang pria dengan kualitas seperti itu tidak dapat ditipu. Saya berpikir bahwa sebaiknya anda menyerahkan kembali stempel itu besok. Katakan kepadanya bahwa stempel tersebut ditemukan oleh patroli malam anda tetapi pencurinya telah kabur. Meskipun inspektur itu mencium sesuatu yang tidak beres, dia akan berpikir dua kali sebelum menangkap anda."

"Sangatlah tidak masuk akal untuk mengembalikan stempel itu," kata gubernur. Stempel berarti kekuasaan. Dengan stempel ditangannya, dia dapat melakukan apa saja terhadap saya. Kamu sebaiknya segera pulang sekarang."

Keesokan harinya, inspektur negara menemukan bahwa stempelnya hilang. Dia memerintahkan untuk segera dilakukan pencarian, tapi tidak berhasil menemukannya. "Gubernur pasti ada hubungannya dengan pencurian ini, karena mengetahui bahwa saya bukanlah temannya," kata inspektur pada dirinya. "Daerah ini adalah wilayahnya, dan sangatlah mudah baginya untuk meletakkan mata-mata disekitarku. Tapi aku akan mendapatkan stempel itu kembali dengan mudah juga."

Dia mengunci kotak stempel dan meletakkannya kembali, dan melarang anak buahnya untuk mengatakan sepatah katapun mengenai pencurian ini. Kemudian dia mengatakan bahwa dia sakit sehingga untuk beberapa hari dia tidak dapat masuk kerja.

Gubernur tertawa dalam hati. Tetapi seperti pejabat daerah yang lain, dia harus menjenguk inspektur negara sesuai dengan adat yang berlaku.
Ketika gubernur berkunjung, inspektur kelihatannya sedang senang. Mereka berbincang mengenai masalah administrasi, kebiasaan daerah, pajak dan anggaran sambil minum cendol. Gubernur mulai merasa malu melihat inspektur tidak mencurigainya sama sekali. Sewaktu mereka berbincang-bincang, seorang pelayan dengan tergopoh-gopoh masuk.

"Kebakaran, kebakaran ! Yang Mulia, dapur terbakar !" ujarnya panik
Wajah inspektur kalang kabut. Dia meloncat bangkit dari kursinya. Mengambil kotak stempel dari kantornya dan menyerahkannya kepada gubernur. "Kita harus segera keluar. Jagalah kotak ini untukku. Mohon carilah pertolongan tambahan untuk mematikan api."

Karena begitu tiba-tiba, gubernur tidak dapat menolak. Dia harus meninggalkan kediaman inspektur itu dengan kotak stempel. Ketika api akhirnya dapat dipadamkan, dapurnya rusak total, tapi kantor utama kediaman inspektur berhasil diselamatkan dari amukan api.
Sekarang gubernur baru menyadari bahwa inspektur negara memberikan kotak stempel yang kosong itu dengan maksud tertentu. Jika dia harus mengembalikannya seperti semula, inspektur negara pasti akan membuka kotak yang kosong itu untuk membuatnya merasa bersalah seakan dia telah mencurinya. Alasan apa yang harus diberikannya? Akhirnya dia memutuskan untuk mengembalikan stempel itu ke kotaknya.

Keesokan harinya inspektur negara kembali bekerja. Gubernur mengembalikan kotak stempel tersebut. Inspektur membukanya di hadapan para pegawainya dan mencap stempel itu ke dokumen yang belum ditandatanganinya. Dia meninggalkan propinsi itu pada hari yang sama, kemudian memberikan laporan lengkap mengenai pencurian stempel kepada pemerintah pusat. Beberapa saat kemudian, gubernur tersebut dicopot dari jabatannya.

Kesimpulan : Jelas bahwa gubernur tidak mengetahui bahwa kadang-kadang ancaman secara tidak langsung itu lebih efektif, karena dapat membuat orang lain berimajinasi bahwa anda mampu melakukan lebih dari yang diduga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar