Jumat, 18 Februari 2011

Kisah Pohon Apel

pada zaman dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar.Seorang anak-

laki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat



pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas hatinya, dan adakalanya dia

beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyukai

tempat permainannya.

Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu… anak lelaki itu sudah semakin

dewasa dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan waktunya setiap hari bermain

di sekitar pohon apel tersebut. Namun suatu hari dia datang kepada pohon apel

tersebut dengan wajah yang sedih.


“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Aku bukan lagi seorang bocah, aku tidak lagi senang bermain-main dengan engkau,” jawab remaja

itu.

“Aku ingin beli mainan mainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada

yang sedih.

Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada pada diriku dan

Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan begitu, kau dapat membeli mainan yang

Kau inginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi begitu saja.

Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

Masa berlalu…

Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Aku tidak punya waktu untuk bermain. Aku terpaksa kerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin

membuat rumah sebagai tempat perlindungan untuk aku dan keluargaku. Bisakah kau menolongku?”

Tanya anak itu.

“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku

yang besar ini dan buatlah rumah darinya.” Pohon apel itu memberikan cadangan dahan-dahanya pada si remaja.

Lalu, remaja itu memotong semua dahan pohon apel itu dan pergi

dengan riang gembira. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih

karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya

adalah anak laki-laki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan

dewasa.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Maafkan aku, tetapi aku bukanlah lagi anak laki-laki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku

sudah dewasa. Aku mempunyai impian untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai

perahu. Bolehkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.

“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepadamu. Tetapi kau boleh memotong

batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata

pohon apel itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian

pergi dari situ dengan gembira dan tidak kembali lagi selepas itu.

pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di makan usia, datang

menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.

“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudah

memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat

perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan

nada pilu.

“Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tidak mempunyai gigi untuk memakannya, aku tidak mau

dahanmu karena aku sudah terlalu tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu karena

aku tidak punya tenaga untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua

itu.

“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk

beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis gembira.


Ada yang tau  pemaknaan pohon apel itu sebenarnya siapa??

Mohon pencernaan sendiri ya.. kalau di kasih tau, hikmatnya jadi hilang nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar